Kebutuhan Dasar Ibu Selama Persalinan
Persalinan merupakan hal yang normal dan menakjubkan bagi ibu dan keluarga. Rasa kekhawatiran, ketakutan maupun cemas akan muncul pada saat memasuki persalinan. Bidan merupakan pendamping yang diharapkan dapat memberikan pertolongan, bimbingan dan dukungan selama persalinan. Asuhan yang mendukung selama persalinan merupakan standar pelayanan kebidanan. Yang dimaksud dengan asuhan mendukung adalah bersifat aktif dan ikut serta selama proses berlangsung. Kebutuhan dasar ibu selama persalinan menurut Lesser dan Kenne meliputi:
- Asuhan fisik dan psikologis;
- Kehadiran seorang pendamping secara terus-menurus;
- Pengurangan rasa sakit;
- Penerimaan atas sikap dan perilakunya; dan
- Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan aman.
Adapun kebutuhan dasar ibu selama persalinan yang akan kita bahas adalah sebagai berikut:
- Dukungan fisik dan psikologis;
- Kebutuhan cairan dan nutrisi;
- Kebutuhan eliminasi;
- Posisi dan ambulasi; dan
- Pengurangan rasa nyeri.
Dukungan fisik dan psikologis
Dukungan fisik dan psikologis tidak hanya diberikan oleh bidan, melainkan suami, keluarga, teman, maupun tenaga kesehatan yang lain. Dukungan dapat dimulai sejak awal ibu mengalami kehamilan. Dukungan fisik dan emosional harus sesuai dengan aspek sayang ibu yaitu:
- Aman, sesuai evidence based dan menyumbangkan keselamatan jiwa ibu;
- Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, serta emosional serta merasa didukung dan didengarkan;
- Menghormati praktek budaya, keyakinan agama, ibu/keluarga sebagai pengambil keputusan;
- Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum memakai teknologi canggih; dan
- Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami oleh ibu.
Bidan harus mampu memberikan perasaan kehadiran meliputi: mendengarkan dan melakukan observasi, melakukan kontak fisik, bersikap tenang dan bisa menenangkan pasien. Hasil penelitian (Randomized Controlled Trial) membuktikan bahwa dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan dan kelahiran sangat efektif dan memberikan pengaruh apabila dilakukan pendampingan terus-menerus. Adapun pengaruhnya adalah: mengurangi kelahiran dengan tindakan vacum, forceps, dan operasi sesar, mengurangi kejadian APGAR score bayi kurang dari 7, memperpendek lama persalinan, dan kepuasan ibu semakin besar dalam pengalaman persalinan.
Kebutuhan cairan dan nutrisi
Berdasar hasil penelitian terdahulu bahwa pemberian makanan padat dengan pasien yang memerlukan anestesi tidak disetujui. Motilitas, absorpsi dan sekresi asam lambung menurun. Hal ini dapat menyebabkan makanan dapat tertinggal di lambung sehingga dapat terjadi aspirasi pneumonia. Namun demikian, kebutuhan akan cairan masih diperbolehkan. Selama persalinan, ibu memerlukan minum dan sangat dianjurkan minum minuman yang manis dan berenergi.
Sebagian ibu masih berkeinginan untuk makan selama fase laten persalinan, tetapi memasuki fase aktif, hanya ingin minum saja. Pemberian makan dan minum selama persalinan merupakan hal yang tepat, karena memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi (dehidrasi dapat menghambat kontraksi/tidak teratur dan kurang efektif). Oleh karena itu, anjurkan ibu makan dan minum selama persalinan dan kelahiran bayi, anjurkan keluarga selalu menawarkan makanan ringan dan sering minum pada ibu selama persalinan.
Kebutuhan eliminasi
Selama persalinan terjadi penekanan pada pleksus sakrum oleh bagian terendah janin sehingga menyebabkan retensi urin maupun sering berkemih. Retensi urin terjadi apabila:
- Tekanan pada pleksus sakrum menyebabkan terjadinya inhibisi impuls sehingga vesica uretra menjadi penuh tetapi tidak timbul rasa berkemih;
- Distensi yang menghambat saraf reseptor pada dinding vesica uretra;
- Tekanan oleh bagian terendah pada vesica uretra dan uretra;
- Kurangnya privasi/postur yang kurang baik;
- Kurangnya kesadaran untuk berkemih; dan
- Anastesi regional, epidural, blok pudendal sehingga obat mempengaruhi saraf vesica uretra.
Pemenuhan kebutuhan eliminai selama persalinan perlu difasilitasi agar membantu kemajuan persalinan dan pasien merasa nyaman. Oleh karena itu, anjurkan ibu untuk bereliminasi secara spontan minimal 2 jam sekali selama persalinan, apabila tidak mungkin dapat dilakukan kateterisasi.
Pengaruh kandung kemih penuh selama persalinan, sebagai berikut:
- Menghambat penurunan bagian terendah janin, terutama bila berada di atas spina isciadika;
- Menurunkan efisiensi kontraksi uterus;
- Menimbulkan nyeri yang tidak perlu;
- Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II;
- Memperlambat kelahiran plasenta; dan
- Mencetuskan perdarahan pasca persalinan dengan menghambat kontraksi uterus.
Posisi dan ambulasi
Persalinan merupakan peristiwa yang normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus berlangsung. Selama persalinan, pemilihan posisi dapat membantu ibu tetap tenang dan rileks. Oleh karena itu, berikan pilihan posisi persalinan yang aman dan nyaman. Tidur terlentang tidak perlu ibu lakukan terus menerus selama persalinan, ibu dapat berdiri dan jalan-jalan. Memberikan suasana yang nyaman dan tidak menunjukkan ekspresi yang terburu–buru akan memberikan kepastian pada ibu. Adapun posisi persalinan dapat dilakukan dengan duduk/setengah duduk; merangkak; berjongkok/berdiri; dan berbaring miring kekiri.
Duduk atau setengah duduk
Alasan: mempermudah bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati/mensupport perineum.
Posisi merangkak
Alasan: baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit, membantu bayi melakukan rotasi dan meminimalkan peregangan pada perineum.
Posisi berjongkok/berdiri
Alasan: membatu penurunan kepala bayi dan memperbesar ukuran panggul yaitu menambah 28% ruang outletnya, memperbesar dorongan untuk meneran (bisa memberi kontribusi pada laserasi perineum).
Posisi berbaring miring ke kiri
Alasan: memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi oksigenasi yang baik bagi bayi dan membantu mencegah terjadinya laserasi.
Selama persalinan tidak dianjurkan posisi litotomi, karena dapat menyebabkan hipotensi yang berakibat ibu bisa pingsan dan hilangnya oksigen bagi bayi, menambah rasa sakit, memperlama proses persalinan, ibu sulit melakukan pernafasan, sulit buang air kecil, membatasi gerakan ibu, ibu merasa tidak berdaya, proses meneran menjadi lebih sulit, menambah kemungkinan laserasi pada perineum dan menimbulkan kerusakan saraf pada kaki dan punggung.
Pengurangan rasa sakit
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi rasa sakit selama persalinan adalah: cara pengurangan rasa sakit sebaiknya sederhana, efektif dan biaya murah. Pendekatan pengurangan rasa sakit menurut Varney’s Midwifery, sebagai berikut:
- Adanya seorang yang dapat mendukung dalam persalinan;
- Pengaturan posisi;
- Relaksasi dan latihan pernafasan;
- Istirahat dan privasi;
- Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan;
- Asuhan diri; dan
- Sentuhan
Menurut Penny Simpkin, cara pengurangan sakit dapat dilakukan dengan mengurangi rasa sakit langsung dari sumbernya, memberikan rangsangan alternatif yang kuat dan mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan reaksi fisik. Adapun secara umum, teknik pengurangan rasa sakit, meliputi:
- Kehadiran pendamping yang terus-menerus, sentuhan yang nyaman dan dorongan dari orang yang mendukung;
- Perubahan posisi dan pergerakan;
- Sentuhan dan masase;
- Counterpressure (mengurangi tegangan pada ligamen sacroiliaca);
- Pijatan ganda pada panggul;
- Penekanan pada lutut;
- Kompres hangat dan dingin;
- Berendam;
- Pengeluaran suara;
- Visualisasi dan pemusatan perhatian; dan
- Mendengarkan musik.
Referensi
Pusdiknakes. 2003. Asuhan Intrapartum. Jakarta. Hlm: 18-21
Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika. Hlm: 41-61
Comments (2)
mohon beri penjelasan ttg posisi litotomi donk bu..yg bisa mengakibatkan bayi kehilangan oksigen, terimakasih, infonya sangat menbantu..:)
Posisi litotomi adalah posisi berbaring/terlentang dengan kedua kaki diletakkan pada penopang tempat tidur atau kedua tangan ibu merangkul pelipatan paha ditarik ke arah dada.
Kelebihan dari posisi litotomi antara lain:
1. Memudahkan pemantauan pembukaan jalan lahir,
2. Penolong persalinan lebih leluasa membantu proses persalinan, dan
3. Kepala bayi lebih mudah dipegang dan diarahkan, sehingga apabila terjadi perubahan posisi kepala bayi, penolong langsung dapat mengarahkan pada posisi yang seharusnya.
Kelemahan dari posisi litotomi antara lain:
1. Ibu sulit mengejan, karena gaya berat tubuh ibu berada di bawah dan sejajar dengan posisi bayi,
2. Suplai oksigen pada janin kurang lancar, karena letak pembuluh darah besar ibu yang mengaliri plasenta tertekan oleh berat badan janin, dan
3. Perineum meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan.
Comments are closed.